29225300

  • Judul: A Monster Calls (Ilustrated Edition)
  • Penulis: Patrick Ness
  • Penerjemah: Nadya Andwiani
  • Penerbit: GPU
  • Jumlah Halaman: 215 hal.
  • Rating: ★★★★★

Sang monster muncul persis lewat tengah malam.

Seperti monster-monster lain.

Tetapi dia bukanlah monster seperti yang dibayangkan Conor.

Conor mengira sang monster seperti dalam mimpi buruknya, yang mendatanginya hampir setiap malam sejak Mum mulai menjalani pengobatan, monster yang datang bersama selimut kegelapan, desau angin, dan jeritan…

Monster ini berbeda. Dia kuno, liar. Dan dia menginginkan hal yang paling berbahaya dari Conor.

Dia menginginkan kebenaran.

– – –

Conor, anak berusia tiga belas tahun selalu memimpikan hal yang sama setiap malam. Setidaknya dia menganggpa itu adalah sebuah mimpi. Sesosok monster pohon yew mendatanginya tiap malam untuk menceritakan sebuah kisah. Setiap kali kisahnya selesai, monster itu akan pergi dengan meninggalkan jejak pada Conor. Agar Conor tahu, semua yang dialaminya itu bukanlah mimpi.

Meskipun wujudnya menakutkan, dengan tubuh besar dan mata merah menyala, Conor tidak merasa takut kepada monster itu. Ada yang jauh lebih ditakuti Conor dalam hidupnya. Hal itu juga sering datang dalam mimpi Conor. Sesuatu yang lebih buruk dan kejam.

Sejujurnya aku membeli A Monster Calls bukan karena filmnya akan tayang Oktober nanti, tapi karena novel ini adalah novel ilustrasi. Dan ilustratornya adalah Jim Kay, orang yang sama dibalik keindahan ilustrasi Harry Potter and the Philisopher’s Stone. Saat melihat gambar-gambar dalam buku itu, aku terpukau oleh kemampuan Jim Kay menghidupkan tokoh melalui sebuah gambar. Akhirnya, tanpa tahu buku ini bercerita tentang apa, aku langsung membelinya tanpa berpikir panjang.

Untungnya aku menemukan sebuah harta karun. Buku ini kulahap habis dalam beberapa jam. Tak sulit menyelesaikannya karena dibantu ilustrasi yang menarik. Juga karena Patrick Ness sangat piawai dalam menuturkan kisah mencekam namun mengharukan ini.


“Kisah adalah mahluk liar. Begitu kau melepaskan mereka, siapa yang tahu kekacauan apa yang mungkin mereka ciptakan?” – Monster (hal. 61)


Diluar dugaan, monster yang selalu mengganggu Conor ini punya banyak kata-kata bijak. Hidup ratusan tahun rupanya membuatnya banyak memahami sifat manusia.

Tak banyak yang bisa kuceritakan tanpa membocorkan plot novel ini. Semakin sedikit yang kita tahu, semakin besar dampak yang kita alami saat mencapai bagian akhir cerita. Mungkin kutipan-kutipan berikut ini bisa sedikit membantu seperti apa kira-kira kisah A Monster Calls.

amc_steel-and-brick_for-alison

sumber: alisoneldred.com

“Kadang-kadang orang merasa perlu berbohong kepada diri sendiri.” – Monster (hal. 72)

“Kisah-kisah tidak selalu memiliki akhir yang bahagia.” – Dad (hal. 144)

“Ada hal yang lebih buruk selain menjadi tak kasat mata.” – Monster (hal. 168)

“Karena manusia adalah mahluk yang rumit.” – Monster (hal. 201)

“Kau tidak menulis hidupmu dengan kata-kata. Kau menulisnya dengan tindakan. Apa yang kaupikirkan tidaklah penting. Satu-satunya yang penting adalah apa yang kaulakukan.” – Monster (hal. 202)


Hanya satu kritik terhadap buku ini. Kata ‘menjeblak’ kembali muncul padahal kata itu sama sekali tidak pernah ada dalam KBBI. Editor harusnya tahu hal ini dan mulai memasukkan kata tersebut dalam blacklist mereka.

Buku ini sangat mencerahkan. Utamanya kepada orang-orang yang sering membohongi diri sendiri, orang-orang yang menutup perasaannya, dan orang-orang hanya melihat dengan matanya. Buku ini akan sangat menampar mereka. Karena tidak mau bercerita banyak (yang berpotensi spoiler) aku akan mengakhiri review ini.


“Jika kau mengutarakan kebenaran, kau akan sanggup menghadapi apapun yang terjadi” – Monster (hal. 212)