1611602

  • Judul: Harry Potter and The Chamber of Secrets
  • Penulis: J.K. Rowling
  • Penerbit: GPU
  • Penerjemah: Listiana Srisanti
  • Jumlah Halaman: 424 hal.
  • Rating: ★★★★★

 

SIAPA SEBENARNYA HARRY POTTER?

Harry Potter sudah tidak tahan lagi melewati liburan musim panas bersama keluarga Dursley yang menyebalkan, dan dia ingin sekali bisa segera kembali ke Sekolah Sihir Hogwarts. Tetapi tiba-tiba muncul mahluk aneh bernama Dobby yang melarangnya kembali ke sana. Malapetaka akan menimpa Harry kalau dia berani kembali ke Hogwarts.

Dan malapetaka betul-betul terjadi. Karena pada tahun keduanya di Hogwarts muncul siksaan dan penderitaan baru, dalam wujud guru baru sok bernama Gilderoy Lockhart, hantu bernama Myrtle Merana yang menghantui toilet anak perempuan, dan perhatian tak diinginkan dari adik Ron Weasley, Ginny.

Tetapi semua itu Cuma gangguan kecil dibandingkan dengan bencana besar yang kemudian melanda sekolah: Ada yang mengubah murid-murid Hogwarts menjadi batu. Mungkinkah pelakunya Draco Malfoy yang jahat, pesaing utama Harry? Mungkinkah dia Hagrid, yang riwayat masa lalunya akhirnya terbongkar? Atau mungkinkah pelakunya anak yang paling dicurigai semua orang di Hogwarts… yakni Harry Potter sendiri???

– – –

Setelah mengacaukan makan malam pamannya yang berharga karena kedatangan Dobby si peri rumah, Harry dikurung di dalam kamarnya selama berhari-hari. Pintunya digembok dan jendelanya dipasangi teralis. Ia hanya diizinkan keluar sekali dalam sehari untuk ke kamar mandi, dan makanan untuknya di masukkan melalui lubang kecil di pintu.

Untungnya, kejadian itu tak perlu berlangsung lama. Pada suatu malam, Ron beserta dua saudara kembarnya, Fred dan George datang menjemput Harry dengan sebuah mobil terbang. Setelahnya, Harry menghabiskan liburan musim panasnya yang menyenangkan bersama keluarga Weasley.

Hanya saja, kesenangan itu harus berakhir setelah Harry kembali masuk sekolah. Masalah demi masalah datang silih berganti. Mulai dari gagalnya Harry dan Ron menembus peron 9 sehingga memaksa mereka menuju Hogwarts dengan mobil terbang, munculnya berita tentang mobil terbang di Daily Prophet, hingga desas desus mengenai kamar rahasia.

Seperti halnya Harry Potter and Sorcerer’s Stone, buku ke dua ini tak kalah menarik untuk dibaca. Diawali penderitaan yang harus dialami Harry saat di rumah pamannya hingga kemudian petualangan-petualangan mendebarkan di Hogwarts. Setelah tahu bahwa dirinya penyihir, Harry setidaknya tak begitu takut lagi pada sepupunya. Beberapa kali Harry bahkan menakutinya dengan berpura-pura membaca mantra pada Dudley. Ini sungguh suatu perkembangan positif mengingat bagaimana takutnya Harry pada keluarga pamannya di buku pertama.

Konflik yang disuguhkan pun lebih pelik. Setelah berkali-kali hampir dikeluarkan karena melakukan pelanggaran keras, Harry harus menghadapi tuduhan sebagai penyebab teman-temannya membantu. Saat cerita sudah memasuki konflik utama, aku sudah tidak sanggup menutup buku ini lagi dan yah… akhirnya aku membaca hingga pagi.

Hanya saja aku ingin sedikit mengkritik hasil terjemahan buku ini. Karena buku pertama aku membaca yang versi bahasa Inggris, aku tak mengetahuinya hingga membaca buku dua. Aku agak terganggu saat menemukan sandi untuk memasuki asrama telah diterjemahkan. ‘Gelambir kalkun’ kalau tidak salah? Padahal salah satu hal yang kusuka pada serial Harry Potter adalah kemampuan J.K. Rowling dalam meramu kata-kata menjadi sebuah mantra atau sandi. Unik namun anehnya terasa sangat pas. Belum lagi susunan kata hasil terjemahannya terasa kasar hingga beberapa kali membuatku harus membaca ulang untuk bisa menangkap maknanya. Ini sungguh disayangkan untuk penerbit sekelas GPU. But yeah… ini tak mengurangi keseruan cerita sedikitpun.

DSC_1191

Pada akhirnya setelah mengabaikan semua kekurangan yang aku temukan karena terjemahan yang kurang baik, seri kedua ini menjanjikan petualangan yang lebih seru. Ada beberapa rahasia terungkap mengenai Hagrid, Voldemort, dan tentu saja Harry Potter.

Oh iya, sebelum membaca seri ini, aku bingung saat memperhatikan sampul yang menggambarkan Harry sedang memegang ekor phoenix, diikuti dua orang anak di belakangnya. Ternyata kejadian itu ada di dalam buku ini. Akhirnya, buku kedua kembali ditutup dengan quotes dalam dari Dumbledore. Sekali lagi, kata-kata bijaknya untuk Harry membuatku tersentuh.


“Pilihan kitalah yang menunjukkan seperti apa sebenarnya kita,

lebih dari kemampuan kita”

– Dumbledore (hal. 414)